Oleh : Dr. Moch. Rizky Hendiperdana
Pendahuluan
Salah
satu bagian terpenting dan memiliki
peran vital dalam dunia kedokteran adalah bagian pediatri atau ilmu kesehatan
anak. Ilmu kesehatan anak merupakan ilmu kedokteran spesialis mayor yang
termasuk dalam empat besar pelayanan spesialis dasar. Sehingga perannya sangat
penting dalam sistem pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Dokter spesialis anak yang ahli dalam ilmu
pediatri bertugas secara khusus menangani segala macam permasalahan kesehatan
yang terjadi pada pasien usia anak. Ilmu kesehatan anak secara khusus mengkaji
permasalahan kesehatan pada anak karena pasien anak bukanlah seorang pasien
dewasa dengan tubuh yang kecil, melainkan pasien yang memiliki beragam keunikan
dari segala aspek seperti anatomi, fisiologi, proses perkembangan penyakit,
jenis-jenis penyakit, kerentanan terhadap penyakit tertentu sampai pada survival rate yang berbeda sama sekali
dengan pasien dewasa. Selain itu, pasien anak-anak masih dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya sehingga ketika ada masalah kesehatan yang
muncul dalam rentang waktu tersebut dapat memiliki pengaruh yang berbeda dengan
orang dewasa. Oleh karena keragaman
perbedaan inilah ilmu pediatri mengkhususkan kajian dan keahliannya untuk fokus
pada masalah kesehatan anak-anak.
Selain
perbedaan yang mencolok dari aspek teknis medis seperti yang telah disebutkan,
ternyata dalam praktik dokter spesialis anak juga memiliki tanggung jawab legal
yang khusus pula. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa dokter spesialis anak
hanya khusus menghadapi pasien anak dengan segala keunikan dan perbedaannya dengan
pasien dewasa, sehingga hal tersebut membawa konsekuensi hukum khusus pula yang
berbeda dengan pasien dewasa. Selain itu, fakta bahwa dalam pelayanan ilmu
kesehatan anak, pasien yang kita hadapi bukan sang anak saja sebagai pasien
tetapi juga mutlak melibatkan orang tua pasien, keluarga, dll. Sehingga
keterlibatan banyak pihak ini yang membuat pelayanan kesehatan pada anak pada
suatu waktu tertentu dapat menjadi suatu yang sangat pelik.
Kali ini
penulis ingin berbagi tentang sebuah catatan tentang “Aspek Legal Khusus bagi
Dokter Spesialis Anak”. Sebuah catatan kecil yang berisi beberapa fakta tentang
gugatan malpraktik kedokteran yang sering dihadapi oleh dokter spesialis anak.
Catatan yang sebagian besar penulis ambil dari buku “The Medical Malpractice Survival Handbook” yang dikeluarkan oleh American College of Legal Medicine ini
bukan bermaksud untuk menggurui sejawat spesialis anak yang lebih kompeten
tetapi lebih sebagai sebuah catatan renungan dengan maksud untuk berbagi dan
bertukar pikiran. Karena amat disayangkan jika catatan yang bermanfaat ini
tidak dibagi dan dijadikan bahan diskusi bersama. Dalam catatan ini, contoh
kasus dan deskripsi yang diambil banyak yang berlatar belakang praktik
kedokteran di Amerika Serikat. Walaupun ada perbedaan yang tidak sedikit antara
sistem pelayanan kesehatan di Amerika dan Indonesia, mudah-mudahan catatan kecil
ini dapat membawa manfaat untuk sejawat.
Masalah
Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya tentang perbedaan pelayanan kesehatan pada
anak dan dewasa. Pelayanan kesehatan pada anak juga memberikan tekanan yang
berarti pada dokter spesialis anak yang bertugas, terlebih lagi bagi mereka
yang menangani pasien anak dengan penyakit kritis. Satu hal yang menjadi aturan
dasar dalam praktik kedokteran secara umum dan pelayanan kesehatan pada anak
secara khusus adalah dokter harus memiliki komunikasi yang terbuka secara dua
arah terhadap orang tua pasien dan keluarganya. Bagaimana sedapat mungkin
dokter anak melibatkan orang tua pasien dalam memilih upaya pengobatan yang
akan dilakukan pada sang anak. Melibatkan orang tua pasien dalam konteks ini
terbatas pada hal-hal yang masih dalam batas wajar untuk melibatkan orang tua.
Bukan pada konteks yang terlalu teknis. Karena bagaimana pun dokter spesialis anak
yang lebih mengetahui mana pilihan yang terbaik bagi kesehatan pasien
berdasarkan keahlian dan keilmuannya.
Malpraktik
medis dalam pelayanan kesehatan anak dapat mengakibatkan kerugian yang jauh
lebih besar ketimbang pasien dewasa. Karena pasien anak-anak masih dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan, sehingga ketika terjadi “kesalahan” diagnosis dan
keterlambatan penanganan dapat mengakibatkan kerugian yang berat dan menetap
pada sang anak. Sehingga tentu akan merugikan pasien dalam proses perjalanan
hidupnya ke depan. Oleh karena itu dokter spesialis anak dituntut untuk dapat
melibatkan orang tua pasien dalam setiap tahap pelayanan kesehatan pada anak
agar orang tua pasien memahami bagaimana proses penegakkan diagnosa, menentukan
langkah terapi, sampai pada perkembagan-perkembangan yang tak terduga yang
dapat terjadi selama proses perawatan anak.
Tantangan
khusus yang ada pada pelayanan kesehatan anak yang dihadapi oleh dokter
spesialis anak setidaknya terdapat dua hal. Pertama, pada pasien anak akan
lebih banyak pihak yang terlibat. Seperti yang telah disebutkan bahwa orang tua
pasien mutlak terlibat dalam pelayanan kesehatan anak. Mungkin keluarga besar
juga bisa ikut terlibat. Sehingga amat berbeda dengan pelayanan kesehatan pada
pasien dewasa dimana terkadang seorang pasien dewasa dapat bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri. Walau terkadang memang pada pasien dewasa pihak
keluarga juga ikut memutuskan, tetapi pasien tersebut mutlak dapat bertanggung
jawab terhadap keputusannya. Kedua, tantangan yang unik pada pasien anak adalah
anak tidak dapat berbicara dan mengungkapkan sesuatu seperti halnya pada pasien
dewasa. Anak tidak dapat mengungkapkan sesuatu yang dapat menjadi petunjuk
untuk menegakkan diagnosa pasien, sehingga selain mendapat sumber dari alloanamnesa, dokter anak harus piawai
mengamati tanda-tanda /sign yang
tampak pada pasien. Dimana pada pasien dewasa dokter mendapat informasi dari
tanda dan gejala / sign and symptom,
pada pasien anak dokter anak hanya bersandar pada tanda pasien. Kecuali bagi
anak yang sudah lebih besar dan dapat mengutarakan keluhannya.
Dokter
spesialis anak dapat menghadapi kondisi yang berpotensi bermasalah seperti pada
kondisi resuscitate or not. Bagaimana pun komunikasi yang
baik dan terarah dapat meminimalisir risiko gugatan tersebut.
Pada
pelayanan kesehatan anak terdapat beberapa risiko yang paling tersering menjadi
potensi gugatan malpraktik medis. Data yang didapat dari Amerika Serikat
menyebutkan beberapa kondisi medis pada pasien anak memiliki potensi risiko serius
untuk berkembang menjadi gugatan malpraktik medis. Kondisi-kondisi tersebut
antara lain meningitis, appendisitis, pneumonia, kerusakan otak, anomali
non-teratogenik, dan terakhir yang juga tak kalah penting adalah aspek
instruksi medis yang diberikan melalui hubungan telepon. Dari keseluruhan
kondisi medis tersebut, hal yang paling menimbulkan dugaan kelalaian adalah
keselahan diagnosis/ error diagnosis.
Selain itu hal yang penting juga adalah seringnya dokter spesialis anak
memberikan instruksi medis melalui hubungan telepon ( konsultasi) tanpa
memeriksa kondisi pasien dihadapannya.
Dalam
hal meningitis, kondisi medis ini menempati klaim tertinggi dalam gugatan
malpraktik medis di AS untuk pasien anak. Terutama karena keterlambatan
diagnosa. Sulit untuk mendiagnosa meningitis pada pasien anak karena kondisi
tanda dan gejala pada pasien anak biasanya menunjukkan tanda dan gejala yang
non-spesifik.
Terkait
kasus appendisitis, kondisi ini menempati keluhan terbanyak pada pasien anak di
AS. Lima belas persen anak usia sekolah pernah mengeluh gejala nyeri perut.
Sering terjadi, misdiagnosis pada pasien appendisitis yang serius dapat
menimbulkan gugatan malpraktik medis. Oleh karena itu sebagai dokter pemeriksa
harus memiliki pencatatan yang baik dan terorganisir terhadap tanda dan gejala
pasien saat datang pada dokter, termasuk hasil pemeriksaan dan kesan diagnosis
yang muncul pada saat pasien diperiksa. Selain itu orang tua pasien harus
benar-benar diedukasi dengan baik tentang tanda bahaya yang dapat muncul di
kemudian waktu yang bisa mengarah pada kecurigaan terjadinya appendisitis.
Reevaluasi adalah kunci keberhasilan penanganan pada pasien anak yang
berpotensi mengalami kondisi medis yang berbahaya. Yang terakhir dan tidak
kalah penting, instruksi dan edukasi yang diberikan oleh dokter pada orang tua
pasien harus dicatat dengan baik pada rekam medis.
Dalam
penanganan kasus kegawatdaruratan pada pasien anak, sering dokter spesialis
anak sedang tidak berada di tempat saat situasi itu terjadi. Sehingga dokter
umum yang sedang bertugas adalah dokter yang pertama kali berhadapan dengan
pasien untuk menangani kondisi kegawatdaruratan tersebut. Sering kali setelah
kondisi pasien stabil, dokter umum akan meminta advis instruksi medis dari
dokter spesialis anak untuk tahap penatalaksanaan pasien selanjutnya. Pada
tahap inilah metode konsultasi yang dilakukan adalah konsultasi melalui
hubungan telepon. Konsultasi melalui telepon yang disertai instruksi medis
untuk pasien dapat berpotensi menjadi masalah karena dokter konsultan tidak
melihat dan memeriksa pasien secara langsung. Sehingga segala kesan yang dapat
timbul terkait kondisi pasien, seluruhnya bergantung pada apa yang dilaporkan
oleh dokter jaga yang menangani awal. Di AS, 30 % instruksi medis pada pelayanan
pediatri diberikan melalui konsultasi telepon. Untuk menanggulangi masalah ini,
dokumentasi yang baik dari advis dan instruksi dokter lewat telepon harus
dicatat dengan baik dan menyertakan tanggal serta waktu konsultasi.
Langkah
Pencegahan dan Penanggulangan
- Selalu memperbaharui ilmu kedokteran bagi dokter spesialis anak untuk terus mengikuti perkembangan ilmu melalui Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan / Continuing Medical Education.
- Pertukaran ide dan diskusi diantara kolega dokter spesialis anak
- Jangan pernah ragu untuk menghubungi dan berdiskusi pada kolega yang lebih ahli
- Selalu informasikan dan libatkan orang tua pasien dalam setiap tahap pengobatan dan perawatan anak
- Komunikasi yang baik dengan orang tua pasien
- Catat seluruh upaya komunikasi dan edukasi dengan orang tua pasien dalam rekam medis
- Buat standarisasi terhadap jenis konsultasi lewat telepon agar tercipta dokumentasi yang lengkap dan seragam dari advis dokter spesialis anak ( dapat diupayakan dengan membuat form yang terstandarisasi)
- Dokter spesialis anak diharapkan terus memperbaharui pengetahuannya terhadap seluruh aturan dan regulasi yang berkaitan dengan bidang pelayanan kesehatan anak (vaksinasi, rehabilitasi, gizi, tumbuh kembang, dll)
Referensi
:
1) Fanaroff,
Jonathan, Medical Malpractice Survival
Handbook /American College of Legal Medicine – 1st ed : Neonatology
and Pediatrics Liability. P 353-363. Mosby Elsevier (2007)
2) Medical Liability for Pediatrician, 6th
ed. AAP Committee on Medical Liability,
2004
3) McAbee
GN, Lessons Can Be Learned from
Malpractice Cases Involving Meningitis. AAP News 24 (4) : 180 (2004)
4) Reynolds
SL, Failure to Diagnose Appendicitis
Among Top Medical Misadventures. AAP News 26 (4) : 13(2005)

5) Hertz
AR. Pediatric Telephone Care Malpractice
Claims Highlight Need for Risk Management Strategies. AAP News 26 (9)
:12(2005)