Di sini, aku berdiri masih
bertahan.
Mungkin aku tak pernah
mengira aku bisa secengeng ini, aku bisa sepayah dan selemah ini. Zona aman
amat membuaimu dalam sebuah aliran kenyamanan yang membuatmu tidak siap untuk
menerima perubahan-perubahan mendadak yang terjadi dalam sendi-sendi kehidupanmu.
Apapun itu.
Zona nyaman melalaikan
kita untuk terus waspada menyambut kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga. Namun
semua manusia amat mengidamkan selama mungkin berada pada zona nyaman. Memang itulah
fitrah manusia. Hati kecilnya akan selalu cenderung mengingikan sesuatu yang
mudah dan tak perlu susah melawan banyak resistensi.
Kini kita keadaan berubah
dengan drastis, dalam balutan ketidakpastian. Kita dituntuk untuk beradaptasi
dalam kapasistas kemampuan adaptasi kita yang berbeda-beda. Meloncat keluar
dari zona nyaman yang lalu.
Kita semua pasti pernah
mengalami perubahan mendadak yang terjadi dalam aspek kehidupan kita. Bisa ke
arah yang kita senangi atau jeleknya berubah drastic kea rah yang kita benci. Saat
itu terjadi, tak jarang manusia yang memiliki perasaan akan mengalami
pergesekan dalam batin dan jiwanya, layaknya tubuh kita yang mengalami
pergesekan dalam trauma fisik. Batin kita juga mengalami pergesekan-pergeseskan
dan trauma-trauma baik kecil maupun besar. Semuanya akan mengubah suasana jiwa.
Membiarkan jiwa menemukan adaptasinya sendiri sangatlah lumrah dan wajar,
walaupun membutuhkan banyak waktu tergantung dari setiap pribadi.
Namun, dukungan orang
sekitar dan tentunya dukungan kuat dari dalam jiwa kita untuk terus bisa
bertahan dalam mengahadapi resistensi baru ini yang akan menentukan apakah kita
akan menjadi pemenang atau tidak nantinya.
Zona baru , keadaan baru
hanyalah episode berulang yang akan terjadi dalam keseluruhan episode panjang
kehidupan kita. Dan akan begitu seterusnya , berulang dan berulang. Menuntut
kita untuk terus bisa maju menjadi lebih dewasa dan membentuk mental kita. Tak apalah,
mungkin keadaan ini yang menandakan kedewasaan kita sudah naik kelas. Dari kelas
sebelumnya.
Kuncinya hanya satu,
teruslah bergerak ke depan. Jangan menyerah. Walau harus menyeret langkah,
seretlah. Asal kamu tidak memutuskan untuk menjatuhkan semua badanmu dalam
keadaan tidak berdaya. Walau hati berteriak, meronta dan menangis. Mohonlah penerangan
jalan dan kekuatan pada yang Maha Memberikan Jalan dan Maha Pemberi Kekuatan
untuk hamba-Nya. Termasuk aku. Termasuk kita.
1 comment:
postingannya bagus, (y)
Post a Comment