Thursday, December 09, 2010

Semesta di Dalam Benak Kita

Apa yang sebenarnya ada dalam benak kita ? Manusia mampu berkata dan mampu melakukan visualisasi dari sebuah pengalaman. Manusia memiliki titik aggressive dimana pada saat titik itu lepas kendali manusia akan menjadi buas dalam berkompetisi bahkan lebih buas daripada binatang buas sekalipun. Membunuh, memusnahkan, menyiksa dan segala hal buruk lainnya merupakan suatu yang tak asing lagi kita dengar dalam sejarah peradaban manusia. Aspek empatif adalah aspek yang paling penting diperhatikan dalam berkompetisi. Dalam suatu kompetisi sering terjadi suatu perlombaan yang tidak empatif, betapa tidak mereka saling membuat sesuatu sesulit dan serumit mungkin agar pesaingnya tidak dapat menirunya. Padahal sebaik-baiknya contoh adalah sesuatu yang sederhana tetap tidak menghilangka fungsi essessialnya karena sesuatu yang sederhana lebih mudah ditiru, dilaksanakkan dan diamalkan tanpa terjadi distorsi dari makna essensialnya. Kesederhanaan Rasulullah SAW lah yang membuat umat manusia sedunia dapat mencontoh dari tauladannya beliau dapat menangis, terharu, sedih ketika ditinggal orang yang dicintainya, dll. Bukan dari singsana kerajaannya dan bukan pula dari mukjizatnya yang dapat membelah laut merah, berbicara dengan hewan, tidak mati saat dibakar, dll. Tentu saja manusia tidak akan dapat mencontohnya. Bukankah Rasulullah SAW adalah seorang Rasul yang paling sederhana tetapi beliau paling utama di sisi Allah karena perannya. Kesederhanaannya yang membuat kita seluruh umat manusia diamanatkan untuk mencontoh beliau sebagai tauladan. Hal ini membuktikan kesederhanaan tidak berarti suatu kekurangan melainkan suatu bentuk empati mendalam yang bisa dilakukan seorang manusia.
Semesta berada di dalam diri kita sendiri, yang sebenarya ada di sebuah area otak prefrontal yang diaktifkan yang disebut dengan hipocampus. Banyak ahli berpendapat bahwa hippocampus merupakan representasi dari surge dunia, kita bisa merasakan kesenangan dan kenikmatan dalam hidup tidak lain karena karena aktifnya area otak ini. Nikmat dalam hidup kita dapat kita nikmati dan syukuri adalah ketika kenikmatan itu terbatas adanya. Sehingga kita bisa mensyukuri hal tersebut. Betapa banyak orang yang sudah memiliki berbagai kenikmatan berupa harta, keluarga dan segala bentuk kebahagiaan menurut orang biasa, masih mencari-cari jalur kebahagiaan dengan cara menggunakan narkoba dll. Betapa sebenarnya kebahagiaan dunia itu sudah ada di hadapannya. Seperti apa kata pepatah yaitu, seseorang tidak akan pernah merasakan kenikmatan kasur yang empuk jika ia tidak pernah merasakan tidur di jalanan yang keras. Seperti itulah perangai manusia.

No comments: